Suasana desa merebak dipagi yang
selalu diceriakan oleh mentari. Hamparan sawah yang luas menambah kekhasan,
kemuadian pelataran hari yang begitu gembira. Hari ini tiada lain dan tiada
bukan jadwal Tisya harus buru-buru merapikan tempat tidurnya untuk segera
bergegas menuju bangku sekolah.
Seperti
kebiasaan yang sudah mendermaga pada setiap pagi Tisya pada hari-hari masuk
sekolah. Dia buru-buru mencium tangan Bunda dan bergegas berangkat bersama
sahabatnya Aas. Aas teman yang dikenalnya dari bangku sekolah dasar pada ajang
ajang mengadu prestasi kini menjadi sahabat baiknya di SMA. Tiada waktu yang
terlewatkan dalam urusan sekolahan tanpa sosok Aas yang selalu menghampirinya dan
selalu mengikut di setiap keberadaan Tisya. Mulai dari berangkat, sampai
disekolah mereka selalu terlihat bersanma dengan tebaran chanda tawa . banyak
teman mereka yang iri akan semua itu tapi, dibalik kerjasama sahabat itu
kecuali ekstra kulikuler sekolah Tisya dan Aas tampak tidak sejalan akan hal
itu. Tisya lebih senang meluangkan waktunya untuk pramuka yang selalu
mengumandangkan semangat sementara Aas lebih memilih untuk berbakti di Palang
merah Remaja. Tapi meski demikian sasaran dari kegiatan mereka berdua bukan
berarti berbanding terbalik.
Seiring waktu yang bergulir keduanya kini sudah beranjak kelas
dua Sma, Susana baru,tahun ajaran baru. Namun tak terbayangkan sebelumnya
tenyata keduanya kini mulai renggang, kekompakan yang sudah membahana sejak
dulu mulai pupus entah karena apa yang membuka lorong-lorong pertengkaran
setiap masalahnya. Kadang-kadang kejengkelan membara di pelupuk Tisya karena
ulah Aas yang menjengkelkan.
Tiap harinya Tisya yang awalnya selalu bersama dan bareng,
kini diliputi sendiri dengan sepi. Sahabat yang diagungkan seolah-olah menjauh.
Tak lama pusara kerisauan semakin menyelimuti pekiknya untuk
tahu alasan yang menjadi sebab segala ketimpangan yang dia rasa. Mulai dari
yang terkecil sampai yang benar- benar menggagu kesehariannya kini.
Semua diawali dengan mencari tahu seluk beluk segala yang
menjadi permasalahan dalam diri Aas. Bertanya pada orang yang tahu seputar
lingkup Aas. Tapi yang menurut dia orang itu tahu akan segalanya ternyata
membawa kecewa pada bathin dan jiwa Tisya tak dia temukan jawaban segala Tanya
itu. Bahkan semakin bergelut sejuta Tanya yang menggerogoti pikirannya untuk
segera tahu dan mengerti.
Perjuanagn tak sampai pada tahap ini saja .
“banyak jalan menuju roma “. Demikian tuturannya dalam hati
“pasti ada sesuatu, ada sebab yang menjadikan akibat “.
Celoteh hatinya sepanjang jalan saat pulang dari tempat sahabat-sahabatnya Aas.
Semua seakan bungkan akan keadaan, tak ada leraian yang
menjadikan terang akan kekaburan perubahan dia dari dirinya yang dulu begitu
menganggungkan menjadi Aas yang tak dikenal , bahkan menjelmakan dirinya
menjadi orang lain yang sama sekali bukan cerminan kepribadian yang dia
tampilkan selama ini. Keimanan dan ketakwaan yang selalu tampak dari
kepribadiannya, sopan santun dalam keseharian, dan rapi yang mengagumkan setiap
cewek sekolah serta cerminan intelek yang disandangnya semua telah pupus tak
tersisa karena tingkahnya itu.
Tak ada lagi
semua sosok yang selalu dibanggakan. Semuanya dilebur oleh tingkah yang jauh
dari Aas yang dikenal orang. Pada suatu hari sepulang sekolah Tisya hendak
mengajak Aas pulang bersama.
“Terima
kasih bu.” Sahut aba-aba ketua kelas. Kebiasaan siswa SMA di daerahku.
Salam
selesai Aas pun segera bergegas langsung meninggalkan kelas tampak buru-buru.
Tisya pun buru-buru segera merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam
tas. Setelah itu juga segera berlalu dari teman-teman yang lain. Mata Tisya
memandang kea rah keluar tampak Aas sudah jauh di gerbang. Pandangannya mengitu
arah kemana Aas bergegas. Tampak menuju sebuah kedai kecil yang tak jauh dari
sekolah mereka. Kedai tempat siswa-siswa nakal berkumpul. Tisya tampak semakin
penasaran. Karena Aas tampak masuk dalam kedai itu dengan langkah yang sudah
agak pelan dia melaju menuju kedai itu sembari di jalan memikirkan segala
unek-unek kemungkinan yang akan dia dapati disana.
“Mungkin Aas
hendak beli minum, atau hendak makan disana” Katanya dalam hati
“Tapi itu
bukan warung yang sering didatanginya” Balas Tisya pada dirinya sendiri
Langkahnya
tiba-tiba berhenti, dia sudah berada di
depan kedai yang didatangi Aas, dia tampak ragu masuk ke dalam. Karena
mengingat cerita teman-temannya bahwa kedai itu tempat nongkringnya anak nakal.
Tisya menarik nafas panjang, dia [pun masuk.
“permisi” sapa
Tisya pada pemilik kedai.
“Masuk”
jawab [emilik kedai
Mata Tisya
langsung terbelalak kearah Aas. Pemandangan yang tidak biasa dia temui. Sesuatu
yang membuatnya terkejut. Tingkah yang begitu asing ketika seorang Aas yang
melakukannya. Tapi itulah kenyataannya.
“Aas”
teriaknya tanpa sadar.
Aas langsung
berbalik membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya. Tanpa sepatah-katapun
dia langsung keluar kedai dan menyambar Tisya sampai hamper jatuh. Tak berbalik
sedikitpun. Meninggalkan kedai dan menyalakan motornya langsung pergi.
Pemilik
kedai berteriak “Nak bayarannya”. Pemilik kedai agak panic mendengar sura motor
yang begitu kencang dan hanya bisa melihat pelanggannya pergi dan tidak
membayar.
“Berapa bu?
Biar saya yang bayar” kata Tisya pada pemilik kedai
“Dia hanya
ambil sebatang rokok nak, Cuma rp.500,00”
Meraba
kantong roknya Tisyapun mengeluarkan pecahan seribu dan membayar pemilik kedai.
“Sisanya
saya ambil minum bu”
Tisya
melanjutkan langkah, tubuhnya terasa lemas menaksikan kejadian tadi, dia
benar-beanar tidak menduga ternyata sosok yang dibanggakannya berubah begitu
cepat dan entah arus apa yang telah membawanya jauh dari dirinya yang
sebelumnya.
Hari
ini begitu aneh Aas berubah begitu cepat Tisya hanya menghela napas panjang
dalam perjalanan pulang. Pikirannya melayang, bertanya-tanya dan batinnya
tercabik. Kebanggaan yang telah dia berikan untuk sang sahabat terkikis, remuk
dan hancur terberai-berai karena semua itu telah hilang.
Dalam
pikiran yang terasa berat itu tampak sedikit mimic yang menampakkan pencerahan
dan jalan keluar, dia berniat datang ke rumah Aas, dia tampak gila urusan
mengurusi Aas tapi dian sama sekali berniat baik untuk membantu sahabatnya kembali
pada Aas yang di kenal. Tanpa piker panjang dia pun menuju ke rumah Aas.
Sesampainya di depan rumah Aas tampak rumah itu begitu sepi,sepertinya tidak
berpenghuni. Sembalri mengetuk pintu seorang tetangga datang menghampiri.
“Maaf,
cari siapa ya?” tanya ibu separuh baya yang datang.
“saya
temannya Aas Bu, tteman sekolah, sekelasnya” jawab Tisya
“Ow
temannya Aas? Di sini tidak ada orang nak!” sahut ibu
“
tidak ada orang??maksudnya??oo lagi keluar? Tanya Tisya balik
“Sudah
hamper sebulan rumah ini tidak ditinggali nak,” jawab ibu
“Terus,
yang tinggal sekarang dimana bu???Aas dimana? Saya kira masih disini, saya
tidak tahu lho Bu, dia tidak pernah bilang kalalu sudah pindah”, oia Bu, ibu
tahu pindah kemana?”
“hm…dengar-dengar
Nak ibunya kembali ke rumah orang tua, bapaknya nda tahu dimana, begitu pun Aas
saya tidak tahu ikut bapak atau ibu, nak saya pergi dulu yan”
Ibu
yang merupakan tetangga Aas segera berlalu, tapi penjelasan ibu tadi membuat
Tisya mulai tahu ada sesuatu yang terjadi dengan keluarga Aas, keluarga Aas
sedang ada masalah.
“Tuhan
semoga Aas tidak mengalami apa yang kualami juga “
Tisya
pun pulang dengan informasi yang tadi selanjutnay dia malah lebih menambah
tekad untuk membantu Aas menghadapi masalah keluarganya , dia ingin menjadi
sahabat yang selalu ada bukan hanya dalam chanda Aas tapi dia i9ngin hadir
menemani sedih Aas. Dia sudah mengganggap sosok Aas adalah sahabat, bahkan
sudah dianggap saudara sendiri.dia mulai menggugurkan rasa benci mendapati Aas yang berubah. Dia ingin temannya bisa
menghadapi cobaan. Dia yakin tingkah laku aneh Aas yang ditunjukkan akhir-akhir
ini adalah imbas dan cuakan beban yang dihadapinya. Tisya mengerti karena hal
serupa juga pernah terjadi dalam keluarganya bahkan, masalah antara bapak dan
bundanya sudah tidak mampu dileraikan dan akhirnya berujung pada perceraian ,
bahkan Tisya merasakan hal tersebut semenjak dia masih berusia beberapa tahun.
Tentunya semasa kecil dia tidak m pernah merasakan kasih sayang sang bapak,
yang dia kenal adalah sang bunda yang selalu ada untuknya, tapi bukan berarti
tidak mendambakan daan merindukan ayahnya. Meski kini masih menyisakan sakit
tapi dia telah tumbuh hingga usia SMA kini. Tisya kembali bernostalgia dengan
kehidupan sedihnya, tekadnya menemui Aas semakin bulat, dia tidak ingin melihat
Aas terpuruk karena masalah keluarga.
“
Aas kau harus mendengar kisahku”
Kau
tidak boleh lapuk hanya karena keadaan. Tidak boleh terjerumus hanya karena
keadaan berubah kau harus kuat tetap menjadi dirimu menghadapi semuanya.
Pagi kembali datang, aktivitas
seperti biasanya kembali bergelut, keseharian yang merupakan kewajiban seorang
Tisya yakni sekolah. Mengikuti pelajaran seperti biasanya. Pagi ini pagi yang
cerah Tisya sudah hadir di Sekolah sebelum jam masuk menunggu bel jam pertama
berbunyi. Zpelajaran dimulai tapi sosok Aas yang merupakan siswa disiplin yang
dikenal rajin oleh guru-guru hari ini tidak terlihat mengisi tempat duduk
barisan paling depan. Guru sudah menerangkan materi yang akan dibawakan Tisya
yang juga duduk dibangku paling depan selalu mengarahkan pandangannya ke luar
melihat gerbang dari kejauhan menanti kedatangan tem,annya. Aas tak kunjung
datang hamper satu jam pelajaran bangkunya tak terisi. Sembari mengerjakan
tugas dari guru tiba-tiba terdenbgar ketukan pintu.
“assalamu
alikum”
“para
siswa menyahut serentak waalaikumsalam
Tampak
Aas yang terlambat langsung masuk dan duduk di tempat duduknya tanpa menghadap
pada guru untuk menjelasan perihal keterlambatannya. Ibu guru tampak heran
melihat kelakuan itu dan langsung memanghil Aas untuk segera mengahdap.
“Aas
kok kamu terlambat, ini pelkajaran sudah berlalu satu jam pelajaran , kamu kok
baru datang?”
“maag
bu’ saya baru bangun” tanpa neko-neko dan nada tanpa merasa bersalan, nada
datar Aas tujukan pada gury, dan langsung duduk kembali ke tempat duduknya
dengan kelakuan yang tidak seharusnya filakukan oleh seorang siswa pada
gurunya. Teman-teman yang melihat hal tersebut tentunya merasa aneh dengan
sikap Aas yang tidak biasanya seperti itu apalagi kalau bicara dengmbungan guru.
Tisya yang tahu keadaan Aas hanya menghela napas panjang dan melahat ke arh
Aas.
dalam pusara penantian
disetiap masa
kini kudapati segala
asa yang kerap mengisi
khayalanku yang telah pergi
meninggalkan nama yang telah hilang dalam genggaman
kini kembali datang menyapaku
kini hadir dalam pelupukku
kini tertambat kembali pada rasaku
dibalik senja dia bersembunyi dan
kudapati membawa fajar diesok hari
menerangiku dengan cahaya
pancarkan energi kehidupan yang kerap kutangisi
dia datang kembali
kuimajikan buat seseorang yang mengajariku banyak hal dalam hidup ini.