Kamis, 21 Juni 2012

14 dan 77,17 %




 





Untaian kata dan nomor yang menciptaklan apa
Ketahuan tak berarti menelusuri lorong penasaran

Dan teraan yang terpasang pada nama
Menjadikan impuls menorehkan

Sederet peristiwa demi peristiwA
Dalam hadirnya pada lembaran-lembaran sajakku

14 maret
Yang kukutip melalui treopong kasih
Kan kumasukkan kedalam agenda
Yang tak pernah kusketsa sebelumnya 

77,16
Kan kuingat buatmu
Yang menyakitlan dan selalu kurindu

Rabu, 20 Juni 2012

DI BALIK CERITA KURSI MERAH


Kursi merah,
Benda-benda disekitarnya
Emas, uang miliar tak bernilai
Kursi merah,
Luka, hati berdarah
Meracuni bahteraan bahagia
Kursi merah,
Benda terkenang
Kado kecil buat anak
Kursi merah,
Ku kenal ayah
Kulihat ayah
Kursi merah,
Kado pertama dan terakhir
Penghuni  nerakaMu Tuhan

puisi <<>>

CADAR SENYUM



Lampiasan senyum kian kuharap
Darimu yang asing bagiku
Namun getaran keinginanku serta
Radar-radar perasaanku tertuju padamu
Namun ternyata sesuatu menghalangi
Gelombang kasih yang kau pancarkan
Hingga sinyal-sinyal yang kau terima dariku
Tak seopertti apa yang akan kuberikan
Dan hal yang tak paling kuimpikan
Adalah cadar senyum kau miliki
Mengapa suatu dan selalu tertutup buat
Daku yang begitu meng`inginkan nya
Meski hanyalah sebuah senyum

*catatan pinggir putih abu-abu

KAU



Disaat sunyiku melayang tentang si dia
Kau datang meramaikannya dengan sederhana
Dengan suara lembut bersantun
Waktu yang tak terduga
Wajah yang bermimik malu
Sebagai pemuja rahasia tak terbayang
Kau tak terduga adalah kau dan ternyata kau
Pertemuan awal yang biasa namun bersejarah
Ucapan singkat dan penuh makna
Senyum ibadah bertabur kasih
Ternyata kau yang hadir saat ini
Sebagai corak kasihku
Sehingga menggeser posisi sidia
Kau dan masih kau
Hingga suatu saat masih kau
Atau dia atau bukan diantaranya sama sekali


Violetta Kisah Kecil



Suasana desa merebak dipagi yang selalu diceriakan oleh mentari. Hamparan sawah yang luas menambah kekhasan, kemuadian pelataran hari yang begitu gembira. Hari ini tiada lain dan tiada bukan jadwal Tisya harus buru-buru merapikan tempat tidurnya untuk segera bergegas menuju bangku sekolah.
            Seperti kebiasaan yang sudah mendermaga pada setiap pagi Tisya pada hari-hari masuk sekolah. Dia buru-buru mencium tangan Bunda dan bergegas berangkat bersama sahabatnya Aas. Aas teman yang dikenalnya dari bangku sekolah dasar pada ajang ajang mengadu prestasi kini menjadi sahabat baiknya di SMA. Tiada waktu yang terlewatkan dalam urusan sekolahan tanpa sosok Aas yang selalu menghampirinya dan selalu mengikut di setiap keberadaan Tisya. Mulai dari berangkat, sampai disekolah mereka selalu terlihat bersanma dengan tebaran chanda tawa . banyak teman mereka yang iri akan semua itu tapi, dibalik kerjasama sahabat itu kecuali ekstra kulikuler sekolah Tisya dan Aas tampak tidak sejalan akan hal itu. Tisya lebih senang meluangkan waktunya untuk pramuka yang selalu mengumandangkan semangat sementara Aas lebih memilih untuk berbakti di Palang merah Remaja. Tapi meski demikian sasaran dari kegiatan mereka berdua bukan berarti berbanding terbalik.
Seiring waktu yang bergulir keduanya kini sudah beranjak kelas dua Sma, Susana baru,tahun ajaran baru. Namun tak terbayangkan sebelumnya tenyata keduanya kini mulai renggang, kekompakan yang sudah membahana sejak dulu mulai pupus entah karena apa yang membuka lorong-lorong pertengkaran setiap masalahnya. Kadang-kadang kejengkelan membara di pelupuk Tisya karena ulah Aas  yang menjengkelkan.
Tiap harinya Tisya yang awalnya selalu bersama dan bareng, kini diliputi sendiri dengan sepi. Sahabat yang diagungkan seolah-olah menjauh.
Tak lama pusara kerisauan semakin menyelimuti pekiknya untuk tahu alasan yang menjadi sebab segala ketimpangan yang dia rasa. Mulai dari yang terkecil sampai yang benar- benar menggagu kesehariannya kini.
Semua diawali dengan mencari tahu seluk beluk segala yang menjadi permasalahan dalam diri Aas. Bertanya pada orang yang tahu seputar lingkup Aas. Tapi yang menurut dia orang itu tahu akan segalanya ternyata membawa kecewa pada bathin dan jiwa Tisya tak dia temukan jawaban segala Tanya itu. Bahkan semakin bergelut sejuta Tanya yang menggerogoti pikirannya untuk segera tahu dan mengerti.
Perjuanagn tak sampai pada tahap ini saja .
“banyak jalan menuju roma “. Demikian tuturannya dalam hati
“pasti ada sesuatu, ada sebab yang menjadikan akibat “. Celoteh hatinya sepanjang jalan saat pulang dari  tempat sahabat-sahabatnya Aas.
Semua seakan bungkan akan keadaan, tak ada leraian yang menjadikan terang akan kekaburan perubahan dia dari dirinya yang dulu begitu menganggungkan menjadi Aas yang tak dikenal , bahkan menjelmakan dirinya menjadi orang lain yang sama sekali bukan cerminan kepribadian yang dia tampilkan selama ini. Keimanan dan ketakwaan yang selalu tampak dari kepribadiannya, sopan santun dalam keseharian, dan rapi yang mengagumkan setiap cewek sekolah serta cerminan intelek yang disandangnya semua telah pupus tak tersisa karena tingkahnya itu.
            Tak ada lagi semua sosok yang selalu dibanggakan. Semuanya dilebur oleh tingkah yang jauh dari Aas yang dikenal orang. Pada suatu hari sepulang sekolah Tisya hendak mengajak Aas pulang bersama.
            “Terima kasih bu.” Sahut aba-aba ketua kelas. Kebiasaan siswa SMA di daerahku.
            Salam selesai Aas pun segera bergegas langsung meninggalkan kelas tampak buru-buru. Tisya pun buru-buru segera merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu juga segera berlalu dari teman-teman yang lain. Mata Tisya memandang kea rah keluar tampak Aas sudah jauh di gerbang. Pandangannya mengitu arah kemana Aas bergegas. Tampak menuju sebuah kedai kecil yang tak jauh dari sekolah mereka. Kedai tempat siswa-siswa nakal berkumpul. Tisya tampak semakin penasaran. Karena Aas tampak masuk dalam kedai itu dengan langkah yang sudah agak pelan dia melaju menuju kedai itu sembari di jalan memikirkan segala unek-unek kemungkinan yang akan dia dapati disana.
            “Mungkin Aas hendak beli minum, atau hendak makan disana” Katanya dalam hati
            “Tapi itu bukan warung yang sering didatanginya” Balas Tisya pada dirinya sendiri
            Langkahnya tiba-tiba berhenti, dia sudah  berada di depan kedai yang didatangi Aas, dia tampak ragu masuk ke dalam. Karena mengingat cerita teman-temannya bahwa kedai itu tempat nongkringnya anak nakal. Tisya menarik nafas panjang, dia [pun masuk.
            “permisi” sapa Tisya pada pemilik kedai.
            “Masuk” jawab [emilik kedai
            Mata Tisya langsung terbelalak kearah Aas. Pemandangan yang tidak biasa dia temui. Sesuatu yang membuatnya terkejut. Tingkah yang begitu asing ketika seorang Aas yang melakukannya. Tapi itulah kenyataannya.
            “Aas” teriaknya tanpa sadar.
            Aas langsung berbalik membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya. Tanpa sepatah-katapun dia langsung keluar kedai dan menyambar Tisya sampai hamper jatuh. Tak berbalik sedikitpun. Meninggalkan kedai dan menyalakan motornya langsung pergi.
            Pemilik kedai berteriak “Nak bayarannya”. Pemilik kedai agak panic mendengar sura motor yang begitu kencang dan hanya bisa melihat pelanggannya pergi dan tidak membayar.
            “Berapa bu? Biar saya yang bayar” kata Tisya pada pemilik kedai
            “Dia hanya ambil sebatang rokok nak, Cuma rp.500,00”
            Meraba kantong roknya Tisyapun mengeluarkan pecahan seribu dan membayar pemilik kedai.
            “Sisanya saya ambil minum bu”              
            Tisya melanjutkan langkah, tubuhnya terasa lemas menaksikan kejadian tadi, dia benar-beanar tidak menduga ternyata sosok yang dibanggakannya berubah begitu cepat dan entah arus apa yang telah membawanya jauh dari dirinya yang sebelumnya.
            Hari ini begitu aneh Aas berubah begitu cepat Tisya hanya menghela napas panjang dalam perjalanan pulang. Pikirannya melayang, bertanya-tanya dan batinnya tercabik. Kebanggaan yang telah dia berikan untuk sang sahabat terkikis, remuk dan hancur terberai-berai karena semua itu telah hilang.
            Dalam pikiran yang terasa berat itu tampak sedikit mimic yang menampakkan pencerahan dan jalan keluar, dia berniat datang ke rumah Aas, dia tampak gila urusan mengurusi Aas tapi dian sama sekali berniat baik untuk membantu sahabatnya kembali pada Aas yang di kenal. Tanpa piker panjang dia pun menuju ke rumah Aas. Sesampainya di depan rumah Aas tampak rumah itu begitu sepi,sepertinya tidak berpenghuni. Sembalri mengetuk pintu seorang tetangga datang menghampiri.
            “Maaf, cari siapa ya?” tanya ibu separuh baya yang datang.
            “saya temannya Aas Bu, tteman sekolah, sekelasnya” jawab Tisya
            “Ow temannya Aas? Di sini tidak ada orang nak!” sahut ibu
            “ tidak ada orang??maksudnya??oo lagi keluar? Tanya Tisya balik
            “Sudah hamper sebulan rumah ini tidak ditinggali nak,” jawab ibu
            “Terus, yang tinggal sekarang dimana bu???Aas dimana? Saya kira masih disini, saya tidak tahu lho Bu, dia tidak pernah bilang kalalu sudah pindah”, oia Bu, ibu tahu pindah kemana?”
            “hm…dengar-dengar Nak ibunya kembali ke rumah orang tua, bapaknya nda tahu dimana, begitu pun Aas saya tidak tahu ikut bapak atau ibu, nak saya pergi dulu yan”
            Ibu yang merupakan tetangga Aas segera berlalu, tapi penjelasan ibu tadi membuat Tisya mulai tahu ada sesuatu yang terjadi dengan keluarga Aas, keluarga Aas sedang ada masalah.
            “Tuhan semoga Aas tidak mengalami apa yang kualami juga “
            Tisya pun pulang dengan informasi yang tadi selanjutnay dia malah lebih menambah tekad untuk membantu Aas menghadapi masalah keluarganya , dia ingin menjadi sahabat yang selalu ada bukan hanya dalam chanda Aas tapi dia i9ngin hadir menemani sedih Aas. Dia sudah mengganggap sosok Aas adalah sahabat, bahkan sudah dianggap saudara sendiri.dia mulai menggugurkan rasa benci mendapati Aas  yang berubah. Dia ingin temannya bisa menghadapi cobaan. Dia yakin tingkah laku aneh Aas yang ditunjukkan akhir-akhir ini adalah imbas dan cuakan beban yang dihadapinya. Tisya mengerti karena hal serupa juga pernah terjadi dalam keluarganya bahkan, masalah antara bapak dan bundanya sudah tidak mampu dileraikan dan akhirnya berujung pada perceraian , bahkan Tisya merasakan hal tersebut semenjak dia masih berusia beberapa tahun. Tentunya semasa kecil dia tidak m pernah merasakan kasih sayang sang bapak, yang dia kenal adalah sang bunda yang selalu ada untuknya, tapi bukan berarti tidak mendambakan daan merindukan ayahnya. Meski kini masih menyisakan sakit tapi dia telah tumbuh hingga usia SMA kini. Tisya kembali bernostalgia dengan kehidupan sedihnya, tekadnya menemui Aas semakin bulat, dia tidak ingin melihat Aas terpuruk karena masalah keluarga.
            “ Aas kau harus mendengar kisahku”
            Kau tidak boleh lapuk hanya karena keadaan. Tidak boleh terjerumus hanya karena keadaan berubah kau harus kuat tetap menjadi dirimu menghadapi semuanya.
Pagi kembali datang, aktivitas seperti biasanya kembali bergelut, keseharian yang merupakan kewajiban seorang Tisya yakni sekolah. Mengikuti pelajaran seperti biasanya. Pagi ini pagi yang cerah Tisya sudah hadir di Sekolah sebelum jam masuk menunggu bel jam pertama berbunyi. Zpelajaran dimulai tapi sosok Aas yang merupakan siswa disiplin yang dikenal rajin oleh guru-guru hari ini tidak terlihat mengisi tempat duduk barisan paling depan. Guru sudah menerangkan materi yang akan dibawakan Tisya yang juga duduk dibangku paling depan selalu mengarahkan pandangannya ke luar melihat gerbang dari kejauhan menanti kedatangan tem,annya. Aas tak kunjung datang hamper satu jam pelajaran bangkunya tak terisi. Sembari mengerjakan tugas dari guru tiba-tiba terdenbgar ketukan pintu.
            “assalamu alikum”
            “para siswa menyahut serentak waalaikumsalam
            Tampak Aas yang terlambat langsung masuk dan duduk di tempat duduknya tanpa menghadap pada guru untuk menjelasan perihal keterlambatannya. Ibu guru tampak heran melihat kelakuan itu dan langsung memanghil Aas untuk segera mengahdap.
            “Aas kok kamu terlambat, ini pelkajaran sudah berlalu satu jam pelajaran , kamu kok baru datang?”
            “maag bu’ saya baru bangun” tanpa neko-neko dan nada tanpa merasa bersalan, nada datar Aas tujukan pada gury, dan langsung duduk kembali ke tempat duduknya dengan kelakuan yang tidak seharusnya filakukan oleh seorang siswa pada gurunya. Teman-teman yang melihat hal tersebut tentunya merasa aneh dengan sikap Aas yang tidak biasanya seperti itu apalagi kalau bicara dengmbungan guru. Tisya yang tahu keadaan Aas hanya menghela napas panjang dan melahat ke arh Aas.
*Bersambung





Selasa, 19 Juni 2012

Kembali Pulang

dalam pusara penantian disetiap masa kini kudapati segala asa yang kerap mengisi khayalanku yang telah pergi meninggalkan nama yang telah hilang dalam genggaman kini kembali datang menyapaku kini hadir dalam pelupukku kini tertambat kembali pada rasaku dibalik senja dia bersembunyi dan kudapati membawa fajar diesok hari menerangiku dengan cahaya pancarkan energi kehidupan yang kerap kutangisi dia datang kembali kuimajikan buat seseorang yang mengajariku banyak hal dalam hidup ini.