Sabtu, 27 April 2013

Idadada (Ini dalam Dikau dan Temaram)

1.
Jika ada kesempatan yang berpihak pada kemungkinan terbacanya semua yang tertulis tentang violet-violet itu, sang Violetta tak akan mampu mendapatkan pengertian itu. Pemahamannya tentang banyu biru yang sarat akan persahabatan melenggang mendekati panas yang telah memusnahkan kelembutan pada sisi yang selalu melukiskan segala tentangnya. Dia laksana kehilangan bidadarinya bahkan laksanana kehilangan dirinya sendiri. Atas nama kabar angin yang berhembus dari pribadinya menerbangkan sendiri diri itu hingga semua sekitarannya tampak bisu dan tak bisa berucap lisan lagi karena segalanya memang telah memberi penanda padanya. Dirinya pun dia ingkarkan pernah menyadari hal tersebut. Ketika itu daku hanya bisa terdiam menatap dan memberanikan diri membaca masa yang telah berlalu.

2.
Menilik cerita antara bintang dan mentari yang terpisahkan oleh waktu. Banyak leraian yang terlewatkan masa. Tentang keadaan yang berbalik arah. Seakan berbalik arah dari alur dan orbitnya. Jauh pelupuk mata tertinggal oleh kenangannya. Tak lagi bisa kembali mengorbit. Segalanya hanya mendatangkan kemurkaan yang tak berbalaskan. Mentari itu terbenam kala itu. Tapi esoknya akan terbit kembali. Kali dia membenamkan diri dengan cara yang berbeda. Hingga pagi kala terbitnya. Kehadirannya tak sehangat dulu lagi. Samar samar menyembunyikan gurat.

3.
Aku tak pernah lelah untuk Violettaku kecuali ini. Dan tak pula daku lengah tuk tak melihat ceritanya kecuali kali ini. Aku jauh dari kisarannya. Aku bahkan tak dapat lagi melihatnya. Peraduanku benar-benar beranjak dari pijakannya. Aku kalah oleh cerita yang kuceritakan. Hanya bisa melepas genggamanku yang menarik keberanjakanmu.

4.
(na na na) suara yang terdengar pekat dan berat. Berat melantunkan irama yang sendu. Penjuru barat bergeming, bergelut dengan cibiran. Penjuru timur menyatu dengan pekat iri atas kemenangan kelam. Penjuru timur murung tiada senang yang menahkodai. Penjuru selatan terkurung oleh muram yang menghadirkan cela masam. Na na na nada yang tak terdengar. Nada yang terus terbisik tapi tak sendu tak padu dan tak baru. Lama tapi tak teringat lagi. Na na na jauh dalam hati. Jauh tak terdengar lewat lisan. Na na na hanya sebuah cerita dan maya.

5.
Edisi bintang ufuk barat yang tak lagi mengorbit pada malam kali ini. Bintang yang kalap akan medannya. Kemudian, ketika ingin menyapa mentari yang kan terbit dari ufuk timur, sinar yang menghangatkan itu seakan tak bermakna. Mentari itu hanya menatap tajam dan tak menyapa dengan senyum seperti kala itu. Maka harus ada edisi baru yg harus terleraikan. *


***bersambung***