Senin, 03 Maret 2014

Puzzle Makan, Suap, Kunyah, Telan

Suatu malam ketika langit tampak gelap tak berbintang juga tanpa rembulan. Pada hawa lembab tanah karena hujan yang baru saja reda. Di bawah cahaya remang lampu jalan kompleks. Hawa dingin pun terasa bukan karena malamnya yang mulai larut, namun karena memang lembab habis hujan yang menyebabkan demikian.

Percakapan pun dimulai ketika itu, percakapan yang menawarkan sebuah analogi yang membuat tidurku tak nyenyak dari pemilik nama aku masih ada. Bahkan sepanjang malam saya berpikir tuk menemukan makna yang ingin disampaikan lewat kata-kata itu. Semua itu bak sebuah puzle yang begitu rumit yang penuh dengan tanda tanya dan misteri yang tak bisa terpecahkan. Saya tak pernah mengerti dengan semua ini. 


Mengawali dari sebuah pertanyaan tentang makan, suap, kunyah, dan telan.
Semenjak mendengar kata-kata itu pekaku untuk memaknai itu sama sekali tak tergambar. Saya sama sekali tak punya bayangan tentang pertanyaan yang mencari jawaban tentang hal yang selama ini kulakukan. ketika saya mulai merangkai, sama sekali samar, sama sekali tak tampak dari nalar dan logis berbagai sisi tak kudapati kata yang bisa membuatku bisa menjawab dengan tegas. 


Beranjak dari pertanyaan itu keingintahuanku untuk sebuah sosok dengan laskar aku masih ada semakin menggebu. Ya aku ingin tahu banyak tentang sosok itu, sosok yang penuh dengan ketidakpastian. Sosok yang menyembunyikan segala hal. Sosok yang melakukan segala hal untuk tujuan yang tak bisa ditebak. Demikian pengantar dalam memulai episode demi episode yang akan berlanjut tentang objek yang kusebut pemilik laskar "aku masih ada". Tanpa jenuh dan tak ada jemu dalam mengguratkan segala sesuatunya. Ini adalah sebuah kisah yang unik yang mengatasnamakan persahabatan, pertemanan, dan percintaan, serta keluarga yang rumit. Rumit karena menyusunnya saja susah apalagi untuk mengerti dan memahami. Saya harap endingnya kelak memberikan alur yang jelas untuk kesekian episode yang telah jadi selama ini. Bukan sekadar kisah yang datar. Ini adalah kisah yang penuh liku, terjangan, dakian, dan tikung.
Pertanyaan makan, suap, kunyah, dan telan yang masih menjadi pertanyaan sepanjang episode nanti. Dengan nada keingintauanku kujawab dengan segara "Bisakah kau berkata tanpa menggunakan analogi yang begitu membingungkan?". Sedikit kutangkap inti yang masih belum bisa mewakili keempat kata tadi bahwa buat apa aku melakukan hal selama ini untuk orang lain sementara apa untungnya pada diriku? 

Entah apa pula yang akan aku katakan karena sebenarnya esensi dari semua ini tak bisa kujelaskan kecuali kau yang menemukan jawaban yang kau inginkan tersebut. Itu adalah bagian dari kodratku sebagai seorang perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar