Duka kehilanngan mulai membuncah,
tetapi alur mulai berubah dari sketsa sebelumnya. Aku tak pernah menduga ini
sebelumnya. Awalnya kuanggap dia akan tetap menjadi pangeranku. Meskipun hanya
pangeran kesiangan dugaanku dia akan tetap bertengger dihatiku. Semua itu
hipotesis yang tak dapat kubuktikan kebenarannya karena nyatanya aku telah
mengimajinasikan kisah baru dari semua ini. Tidak hanya tersuruk dan kerap
mendapat bayangan darinya. Dia dengan
peran pangeran yang melekat dikepalaku bergeser menjadi antagonis yang
tak akan kuceritakan di ending pengisahanku dan kehidupanku. Kerajaan yang
kubayangkan semulanya yang menghadirkan diriku sebagai ratunya dan dia sebagai
rajanya cukup sampai di sini. Cukup sampai pada penjejalan tak berlanjut ini.
Berujung pada ketidakpercayaan yang mengakar. Berakhir dengan pengingkaran atas
semua janji yang pernah terucap. Tamat bersama cerita yang tak sempat kuselesaikan.
Terjawab tanpa jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku. Diam tanpa kata seolah
mempermudah semua itu. Alas an tanpa pembelaan atas tuduhan membuat kesatnya
jalan yang ditempuh menjadi sangat licin. Demikian pula dengan kata-kata yang
kuharap membuatku tuk tetap bertahan pada alurnya yang tak kunjung terucap.
Hingga satu pilihan tepat dan pasti aku harus menenggelamkan pulau yang
kubangun dengan khayalan yang berending kebahagiaan.
Semua berawal dari terkuaknya pribadi
pangeran kesiangan yang mempunyai komitmen bercabang. Berawal
dari kemelut berkepanjangan yang tidak disikapi dengan bijak olehnya. Hanya
beratapkan kepasrahan hingga menyebabkan serangan-serangan meteor semakin
mematikan rasa yang ada dan terkiprah. Hanya menggunakan media daun kering
untuk melukis namaku dan namanya sehingga sekali kepercayaanku rusak tak bisa
kembali. Layaknya daun kering tempat menuliskan nama kami berdua itu adalah
kertasnya, dan kepercayaan itu adalah kertas itu. Sekali di genggam hingga
kertasnya lusuh, kertas tersebut tak akan mungkin bisa kembali seperti semula.
Tak akan rapi seperti semula. Tak akan kembali pula sama persis keadaan
sebelumnya. Apalagi ini dia hanya menulis namaku dan namanya di atas daun
kering sehingga sekali genggam, bukan hanya lusuh yang menjadi akibatnya. Daun
kering telah terberai dan hancur hingga namaku dan namanya tak akan mungkin
bisa dirangkai kembali. Semua itu hanya bisa dikenang. Itu pun hanya
kemungkinan kecil yang bisa terjadi. Dia bukan lagi superheroku. Dia telah
menjelma menjadi superzero setelah mengenal putri antagonis dari negeri
seberang. Semua keadaan sekarang berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya
yang pernah kualami. Dia yang sekarang bukan lagi dia yang ku kenal dulu.
Senyumnya yang dulu menjadi semakin kaku. Tatapannya yang awalnya begitu tajam
tanpak hampa tanpa makna apa pun. Hadirnya yang tak ingin melihatku
mengeluarkan butir bening dari kedua mata iini dia ingkari. Dia selalu
membuatku mengalirkan butir bening pada kedua mataku tanpa ada keinginan untuk
menyekaku. Kata maaf yang selalu dipinta ketika secuil salah dia lakukankan
padaku tak ada lagi. Dia sama sekali kehilangan kata-kata itu. Dia seakan
kehilangan jiwa bijak yang melekat pada dirinya. Langkahnya yang senantiasa
mendekatiku tak lagi dia lakukan. Langkah itu semakin menjauh dan ingin pergi
dariku. Dia tak lagi mengingatkanku untuk impian-impian yang belum kugapai, dia
sama sekali tak memberiku semangat untuk hal-hal yang membuatku jatuh, dia juga
tak lagi bias menypkongku ketika erjatuh. Dan yang lebih mengusirku dari
sisinya dia tak lagi mencintaiku.
Setiap kata-katanya yang pernah dia
lisankan dan terdengar telinga ini berbanding terbalik dengan yang dia lakukan
kini. Setiap tulisannya tentangku yang pernah kubaca tidak lagi menunjukkan
realita. Kini hanyalah bfiktif belaka.
Ini sungguh tidak adil bagiku, dia
kembali dengan maksud yang berkedok. Dia memintaku untuk membantunya melakukan
hal itu lagi. Memintaku unntuk mengerjakan segala tentang kebutuhan
akademiknya. Ini sungguh lucu. Kemana jawaban dan peredam yang membuatku untuk
meredam amarahku dan membalut lukaku ketika luka? Kamu hanya diam kan. Hanya
mempertahankan kekasih antagonism itu akan mengantarmu pada pintu kehancuran.
Dia sama sekali tidak pernah mengerti, tidak pernah memahami hakikat pengorbanan
nyang sebenarnya.
Kembali untuk cerita yang sekian dan
babak sekian saat kau datang padaku karena alasan telah berpisah dengannya.
Lagi-lagi hatiku ditambah kalut dan menemukan penilaian yang begitu sadis
tentang kekasih yang selalu membuatmu berbohong padaku. Kali ini dia kembali
mengusikku. Mengusikku dengan kata-kata yang lukanya tak terkira. Kau memang
tak tahu dan tak pernah tahu, karena dari awal memang tak pernah kau mengerti
dan kau pahami. Yang ada hanya pikiran egoismu aku dan dia. Serta perasaan
egoismu yang menyimpan namanya serta menyisakan pula sedikit ruang untuk namaku
yang pernah memenuhinya. Mungkin kelak malah akan hilang atau tak ada lagi
namaku di sana. Miris, entah apa yang akan kutuliskan nantinya jika itu
benar-benar terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar