Selasa, 04 November 2014

Masih bercahaya

Aku kira kau kehilangan alasan tuk datang lagi menemuiku. Aku kira kau telah padam oleh masa. Aku kira kau tak lagi ada. Itu semua hanya praduga. Kau menyempatkan waktu untuk bersua. Memberiku sapaan yang telah lama kurindukan. Semakin membuatku bingung dengan tingkah itu. Dekapannya masih erat. Sorotnya masih tajam. Apakah aku tertipu atau memang demikian. Sesekali berusaha memalingkan pandanganku darinya. Sesekali berpikir tentang hal yang ingin kuketahui. Sesekali bertanya dengan lirih. Sesekali mengharap kau mengicaplan sesuatu agar aku tak bertanya, tapi entah apa. Aku tak dapati itu semua. Lebingungan malah kian memuncak. Apa dan bagaimana sebenarnya ini? Apa dan kenapa sebenarnya kita? Aku tak pernah mendapatkan jawabannya. Mendapat kesempatan untuk mempertanyalan langsung di depanmu pun tak bisa. Apalagi ketika kau jauh. Begitu banyak alasan tuk membuatmu tak menjawab. Bagaimana mungkin kau tetap mengenggam erat tanganku saat kau memandanginya. Bagaimana bisa ada getaran itu masih saja ada saat kita tak lagi bersama. Bagaimana bisa jabat tangan ini terasa kaku saat sorot bertemu. Adakah hal yang bisa kau simpulkan? Aku tak paham kecuali diriku sendiri yang hanya tetap menulis tentang alur demikian. Tapi kau? Bahkan padam pun kau masih memberiku bayangan. Dapat kuartikan itu masihlah belum pada. Apakah kau lupa? Selama bayangan itu ada kau tetaplah dengan cahayamu. Karena bayangan sekalipun yang tampak hitam lagi gelap tak akan mungkin ada tanpa cahaya. Aku masih menerima sinarmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar